Cara Jitu Achmad Irfandi Perkenalkan Kearifan Lokal di KLG untuk Cegah Anak Kecanduan Gadget
Apakah kalian pernah mendengar tentang Kampung Lali Gadget (KLG)? Sebuah konservasi budaya yang digunakan untuk mengenalkan budaya permainan khas Indonesia kepada generasi muda sekaligus untuk mengalihkan perhatian anak-anak pada gadget yang kerap membuat mereka kecanduan.
Inisiator konservasi budaya “Kampung Lali Gadget” adalah seorang pemuda asal Sidoarjo bernama Achmad Irfandi. Pada tahun 2021 kemarin, ia sempat terpilih sebagai salah satu finalis SATU Indonesia Awards di tingkat nasional. Yaitu, sebuah ajang apresiasi yang diinisiasi oleh Astra.
Penghargaan tersebut diberikan oleh Astra karena ide mendirikan konservasi budaya Kampung Lali Gadget dianggap sebagai gagasan kreatif yang sejalan dengan program sustainable Astra.
Menurut Achmad Irfandi, ide membuat Kampung Lali Gadget ini lahir karena keprihatinannya setelah melihat anak-anak di kampungnya yang lebih suka bermain gadget daripada memainkan berbagai permainan tradisional seperti saat ia masih kecil dulu.
Meskipun zaman memang sudah berubah dan tak seperti dulu lagi. Tapi, bagi Achmad Irfandi, dampak negatif gadget terhadap anak-anak sangat mengkhawatirkan.
Apalagi, banyak anak-anak zaman sekarang yang sama sekali tidak mengenal berbagai macam kearifan lokal dan permainan tradisional khas masyarakat Indonesia, yang sejatinya punya banyak manfaat untuk perkembangan dan pertumbuhan seorang anak.
Menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak di zaman ini lebih banyak yang memilih menghabiskan waktu berjam-jam di warung kopi untuk nebeng wifi demi bisa bermain game online daripada belajar atau mengerjakan tugas sekolah mereka, membuat Achmad Irfandi merasa berkewajiban untuk membantu anak-anak di kampungnya supaya tidak kecanduan gadget, misalnya dengan memperkenalkan berbagai permainan tradisional yang seru dan menarik.
Hal inilah yang membuat Ahmad Irfandi bertekad untuk membangun sebuah tempat yang dapat dijadikan sebagai area bermain oleh anak-anak yang benar-benar bebas dari gadget.
Ya, pengaruh gadget bagi anak-anak memang sangat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky menunjukkan bahwa 61% anak-anak sudah punya hp sendiri ketika mereka berusia antara 8 hingga 12 tahun.
Usia tersebut jauh lebih muda dibandingkan dengan usia yang disarankan oleh banyak ahli, yakni 13 tahun atau saat mereka sudah berada di kelas 8. Yang mencengangkan, 11% anak-anak sekarang justru sudah dibelikan gadget (dalam bentuk tablet atau hp) oleh orang tuanya saat mereka masih berusia 5 tahun.
Tapi saya yakin jumlahnya lebih dari itu. Karena saya sering melihat anak-anak yang dipinjami hp oleh orangtuanya. Tapi, walaupun statusnya hanya “dipinjami” namun, justru anak-anak tersebutlah yang lebih lama menggunakan hp dibandingkan orang tuanya sendiri.
Yang jadi pertanyaan, hp yang ada di tangan anak-anak itu gunanya untuk apa sih?
Penelitian Kaspersky menunjukkan bahwa, mayoritas anak-anak memakai hp untuk bermain game atau untuk menonton konten dari sosial media seperti TikTok, YouTube, atau Instagram. Presentase anak yang menggunakan hp untuk bermain game mencapai 60%. Sedangkan anak-anak yang menggunakan hp-nya untuk menonton konten video mencapai 54%. 46% sisanya memakai hp untuk untuk mengerjakan tugas sekolah.
Selain masalah tersebut, ada masalah lain yang sebenarnya justru sangat mengkhawatirkan. Masalah tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah waktu rata-rata yang dihabiskan oleh anak-anak untuk bermain gadget.
Lagi-lagi, penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan oleh anak-anak dalam sehari untuk bermain gadget bisa mencapai antara 3 sampai 5 jam.
Karena itu, nggak heran kalau anak-anak banyak yang kecanduan hp dan lebih memilih bermain gadget daripada bermain sepeda, berinteraksi dengan keluarganya, atau bermain dengan teman-temannya di luar ruangan.
Meskipun banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa gadget di tangan anak-anak tidak terlalu berguna untuk perkembangan dan pertumbuhan mereka, dan bahkan disebut-sebut sebagai sumber masalah, tapi nyatanya, masih banyak orang tua yang tetap saja memberikan anak-anak mereka hp. Sayangnya, tersebut tetap dilakukan oleh orang tua meskipun, ada perasaan khawatir bahwa anaknya akan kecanduan game atau akan terpengaruh mental dan fisik serta kemampuan sosialisasinya.
Berapa Jam Anak-anak Boleh Main Gadget Per Hari?
Ini adalah pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orangtua ketika anaknya sudah mulai meminta gadget atau sudah mulai sering meminjam hp mereka.
Ya, berapa jam anak-anak boleh main gadget per hari? Sebuah pertanyaan yang sangat penting tapi sering diabaikan.
Jika kita merujuk pada pendapat American Academy of Pediatrics (AAP) berikut adalah aturan yang disarankan bagi anak-anak.
Anak-anak bayi maupun balita disarankan agar sama sekali tidak diberikan hp. Kalaupun orang tua terpaksa memberikan anak-anak mereka hp, mereka harus berusia di atas 18 bulan. Itupun durasinya tidak boleh lebih dari satu jam per hari.
Dikutip dari beberapa sumber, anak-anak yang berusia antara 2–5 tahun tidak boleh menggunakan gadget lebih dari satu jam per hari. Kalaupun mereka tertarik untuk menggunakan gadget, mereka harus didampingi oleh orang tua atau saudara kandungnya.
Sedangkan untuk anak-anak usia 5 hingga 17 tahun sebaiknya tidak menggunakan hp lebih dari 2 jam per hari. Entah itu, untuk bermain game ataupun menonton konten video.
Sebagai catatan yang dimaksud dengan waktu menggunakan gadget di sini tidak termasuk waktu untuk menggunakan gadget saat mengerjakan tugas sekolah.
Kenapa Anak-anak Balita Sebaiknya Tidak Diberi Gadget?
Menurut para pakar, tidak ada dampak positif yang bisa didapatkan oleh anak-anak dari penggunaan gadget, terutama untuk menonton berbagai konten video.
Perlu Anda ketahui bahwa, anak-anak kecil seperti anak-anak balita yang sedang berada di usia emas ini akan berkembang dengan pesat jika mereka banyak berinteraksi dengan orang tuanya maupun orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya, memberikan anak-anak gadget akan membuat kesempatan untuk berkembang bagi anak-anak tersebut menjadi hilang. Karena itulah tidak heran jika anak-anak balita yang sudah diberikan kesempatan untuk bermain gadget selama berjam-jam setiap hari, akan mengalami berbagai dampak berikut ini:
- Menghambat perkembangan bahasa dan mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi
- Minim kosakata. Penelitian menunjukkan anak-anak usia di bawah 4 tahun yang terlalu sering nonton TV cenderung tidak memiliki banyak kosakata
- Gadget juga bisa mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak. Karena itu tidak heran apabila banyak anak-anak usia dini yang suka berteriak-teriak atau menangis tantrum saat mereka menginginkan sesuatu, alih-alih memintanya dengan cara yang baik atau sopan
- Penelitian juga menemukan bahwa anak-anak yang sering bermain gadget cenderung mengalami obesitas
- Bahaya menggunakan Gadget lainnya bagi anak-anak adalah, dapat mengurangi jam tidur dan mengurangi kualitas tidur, terutama jika anak-anak bermain gadget 1 jam sebelum waktu tidur. Sebagai catatan, bayi usia 6 bulan keatas membutuhkan waktu tidur sekitar 15 jam sehari, sedangkan balita membutuhkan waktu tidur kurang lebih 14 jam sehari
Tips Mencegah agar Anak Tidak Kecanduan Gadget
Tidak dipungkiri apabila anak-anak yang bermain game cenderung lebih tenang. Karena itulah, banyak orang tua yang memberikan anak-anak mereka smartphone untuk mengalihkan perhatian mereka. Bahkan ketika anak-anak ngamuk atau marah-marah, mereka bias langsung diam jika diberikan hp.
Yang jelas, ada berbagai alasan kenapa orang tua memberikan anak-anak mereka hp sejak usia dini. Ada yang beralasan untuk buat anak-anak diam di tempatnya atau tidak berisik ketika orang tua membutuhkan suasana tenang untuk bekerja.
Beberapa orang tua tidak tahu bagaimana caranya bermain dengan anak-anak. Ya, meskipun banyak orang tua yang tahu bagaimana caranya mengganti popok bayi, memandikan bayi, atau pakaian anak, tapi banyak orang tua yang justru tidak tahu bagaimana caranya bermain dengan anak-anak mereka.
Konservasi Budaya “Kampung Lali Gadget”
Untuk mencegah anak-anak agar tidak kecanduan gadget, salah satu caranya adalah dengan memberikan anak kesibukan atau dengan menemani anak-anak bermain.
Setidaknya, ajak anak-anak bermain ketika mereka berlibur di akhir pekan. Misalnya dengan pergi ke tempat-tempat yang tidak melibatkan gadget seperti di Kampung Lali Gadget yang ada di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.
Setiap akhir pekan, di Kampung Lali Gadget selalu dipenuhi oleh anak-anak yang datang untuk memainkan berbagai permainan tradisional. Berbagai permainan-permainan tersebut memang dirancang untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget.
Anak-anak akan dipandu oleh kakak-kakak atau pemuda Desa Pagerngumbuk dan para relawan supaya bisa bermain sepuas hati mereka dengan aman.
Berbagai aktivitas yang digelar pada program ini adalah aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan olahraga, permainan tradisional, kearifan lokal, edukasi satwa, hingga edukasi budaya, yang semuanya dikemas secara menarik dan atraktif.
Karena memang, selain bertujuan untuk membantu anak-anak terlepas dari kecanduan gadget, konservasi budaya ini juga ditujukan untuk mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal.
Note: Semua foto diambil dari instagram @kampunglaligadget
Comments
Post a Comment